Pertanian presisi (Precision Agriculture/PA) adalah pendekatan sistem pertanian terpadu berbasis pada informasi dan teknologi pada pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola informasi di spesifik-lokasi untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Perilaku tersebut dilakukan pada semua kegiatan pertanian mulai dari on-farm sampai off-farm. PA dikembangkan dengan menfaatkan teknologi informasi yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran dan pengamatan secara spesifik dan presisi sehingga mampu menerapkan kegiatan pertanian berdasarkan basis data, ilmu dan pengetahuan tidak lagi menggunakan kebiasaan, pengalaman dan asumsi semata.
2018
Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman. Tanah sebagai media tanam tumbuhan memiliki berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Namun jumlah unsur hara yang dalam tanah tersebut jumlahnya terbatas sehingga akan segera habis karena dimanfaatkan oleh tanaman. Oleh karena itu perlu adanya penambahan zat luar yang mengandung unsur –unsur hara tersebut agar tanaman dapat terus tumbuh dan berkembang, proses penambahan zat luar tersebut disebut pemupukan.
Indonesia saat ini tengah bergerak menuju revolusi industri 4.0, yaitu perubahan cara produksi dengan memadukan teknologi seperti otomasi, kecerdasan buatan, internet dan data analitik. Industri 4.0 akan memberi pengaruh besar terhadap berbagai sektor industri yang ada di Indonesia, termasuk industri pertanian. Salah satu langkah pengembangan pertanian menuju industri 4.0 adalah dengan menerapkan Internet of things (IoT) atau interenet segala.
Penerapan IoT dalam dunia pertanian salah satunya adalah dalam penerapan precision agriculture (PA), yaitu manajemen pertanian berdasarkan pengamatan, pengukuran dan respon berbagai variable pertanian. PA bertujuan untuk mengoptimalkan input dan mendapatkan hasil pertanian yang maksimal dengan memanfaatkan data lingkungan pertanian. Wireless Sensor Networks (WSN) merupakan metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran dan pengamatan terhadap berbagai variable pertanian seperti suhu, kelembaban dan radiasi matahari dalam penerapan PA.
Saat ini produk pertanian dan pangan dituntut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, hal tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya jumlah lahan pertanian bahkan sebaliknya, saat ini lahan pertanian justru mengalami penurunan. Disisi lain, pengaruh negatif pertanian pada lingkungan pun harus semakin diperhatikan agar lahan pertanian dapat dimanfaatkan terus menerus dalam kurun waktu yang lama, karena kebutuhan pertanian yang semikin tinggi sehingga diperlukan produksi produk pertanian yang tinggi dengan kualitas yang baik serta proses pertanian yang tidak merusak lingkungan. Oleh sebab itu perlu adanya penerapan pertanian presisi sebagai solusi dari permasalahan tersebut.
Pada abad ke-16 muncul sebuah teori dimana matahari menjadi pusat dari tata surya dan bumi beserta planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Heliosentris, teori yang dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus seorang astronomi pada abad ke-16 yang hingga kini diakui oleh para ilmuwan dan digunakan menguak fenomena-fenomena lain berdasar pada teori heliosentris. Proses berputarnya bumi mengelilingi matahari ini menyebabkan bumi pun berputar pada porosnya atau yang biasa disebut dengan rotasi bumi. Rotasi bumi menyebabkan terjadinya siang dan malam. Pembagian waktu siang dan malam menyebabkan segala bentuk aktivitas di muka bumi didasarkan pada perubahan waktu yang terjadi.
Sistem produksi pertanian pada lahan terbuka sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak terkontrol. Kondisi lingkungan, baik iklim makro maupun mikro, di kawasan tropis pada umumnya memiliki siklus musiman dan tahunan yang sudah dipahami dengan baik oleh petani. Pemahaman tentang bagaimana bercocok tanam pada kondisi lingkungan tertentu agar mendapatkan hasil yang baik tersebut sudah menjadi kearifan yang diturunkan oleh pendahulu melalui bahasa tutur. Kita pernah mendengar ada istilah titi mongso dan pranoto mongso dalam budaya jawa, ini berarti nenek moyang sudah memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai dengan pola tanam serta kapan waktu bercocok tanam yang sesuai sejak dahulu kala.
Komentar Terbaru