Universitas Gadjah Mada Smart Farming
Teknik Pertanian & Biosistem
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang Kami
  • Prestasi
  • Publikasi
  • Komunitas (CoP)
  • Kontak Kami
  • Beranda
  • Uncategorized
Arsip:

Uncategorized

Webinar IMATETANI – Implementasi Teknologi Internet of Things (IoT) untuk Smart Farming

Uncategorized Tuesday, 21 March 2023

Yogyakarta, 19 Maret 2023. Dosen dan Peneliti Smart Agriculture Research, Ir. Andri Prima Nugroho, Ph.D., IPM., ASEAN Eng. mendapat kesempatan untuk sharing di Webinar Imatetani mengenai Implementasi Internet of Things (IoT) untuk Smart Farming. Acara ini diselenggarakan secara online oleh Litbang IMATETANI, Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia – Organisas mahasiswa teknik pertanian di level nasional atau se-indonesia.

Dr. Andri menyampaikan materi mengenai Pengenalan Pertanian Presisi dan smart farming, Pengenalan mengenai Internet of Things (IoT), Penjelasan bagaimana implementasi dari penggunaan IoT pada smart farming, dan Penjelasan salah satu contoh penerapan IoT pada smart farming, disela paparan juga dilakukan diskusi dengan audien. read more

Kick Off Penelitian SmartAgriculture Research 2023 – Sharing Pengalaman Peneliti di Lapangan dan Alumni di dunia Kerja

Uncategorized Tuesday, 21 February 2023

Kelompok Penelitian Smart Agriculture Research menyelenggarakan Kick-Off Penelitian tahun 2023 ini dengan membuka kesempatan penawaran topik riset serta sesi sharing pengalaman dari member dan juga alumni. Acara kick-off diselenggarakan pada hari Jumat, 10 Februari 2023 jam 18:30 – 21:00 di ruang diskusi Laboratorium Teknik Lingkungan dan Bangunan Pertanian (TLBP) Lantai 2 Departemen Tekni Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Acara dibuka secara resmi oleh Dr. Andri Prima Nugroho, yang memberikan informasi mengenai penyelenggaran riset di Smart Agriculture serta tawaran topik yang akan dikerjakan selama setahun kedepan. Tawaran topik di Smart Agriculture diantaranya mengenai: Plant Factory Technoloyg, Smart Greenhouse Technology, Modernisasi Irigasi, Smart Estate Technology, dan Smart and Information System Development. Informasi selengkapnya mengenai topik dapat dilihat di Akun Instagram @smartagri.ugm. read more

Pengembangan local knowledge management pada sistem budidaya industry kakao berbasis konsep pertanian presisi.

Uncategorized Wednesday, 12 October 2022

Yogyakarta, 10 Oktober 2022. Dosen dan Peneliti SmartAgriculture, Andri Prima Nugroho, Ph.D mendapat kesempatan untuk sharing mengenai pengenalan manajemen pengetahuan dan juga pertanian presisi pada budidyaa perkebunan kakao. Acara lokakarya yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian ini menghadirkan narasumber Ir. Maman Suherman, MP (Kepala UPTD Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY), Nur Muhib, SE (General Manager UGM Cocoa Teaching and Learning Industry).

Paparan Dr. Andri Prima Nugroho

Dr. Andri menyampaikan materi mengenai pentingnya pengelolaan pengetahuan. Pengetahuan mengenai budidaya kakao yang dimiliki oleh petani kakao, mitra (UMKM dan industri) dan para ahli merupakan aset yang berharga sebagai dasar dalam pengembangan pertanian berbasis smart technology. Pengetahuan ini perlu dikelola dengan baik agar tidak hilang dan bisa dimanfaatkan untuk keperluan pengembangan dan inovasi di bidang budidaya kakao.

Contoh penerapan manajemen pengetahuan dan penerapan pertanian presisi pada lahan terbuka juga dikenalkan secara sekilas sebagai case study gambaran bagaiamana sistem manajemen pengetahuan dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk mendukung proses produksi pertanian dan perkebunan.

Model SECI dalam Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan yang dikembangkan berdasarkan pada model SECI (Socialization, Externalization, Combination, and Internalization), model yang kenalkan oleh Nonaka – Takeuchi, proses pengelolaan pengetahuan difasilitasi dengan penggunaan sistem yang dikenal dengan Sistem Manajemen Pengetahuan. Dalam studi kasusunya dsajikan contoh kasus pada penerapan pertanian presisi dan juga Modernisasi Irigasi.

Ketika Bertani Itu Bukan Sekedar Urusan Menanam

AkademisifeaturesKomunitasPemerintahUncategorized Tuesday, 15 September 2020

Menjadi seorang urban gardener, seringkali saya ditanya oleh teman yang kebetulan berkunjung dengan kalimat ” mengapa tidak menanam brokoli?” ; “mengapa tidak menanam tanaman selada?” atau “mengapa tanamannya tidak selengkap dulu?” dan pertanyaan-pertanyaan lain yang mengharuskan saya menjelaskan panjang lebar mengenai karakter masing-masing tanaman yang ditanyakan atau menjelaskan musim apa yang cocok untuk menanam tanaman tertentu agar bisa tumbuh optimal.

Hidup di negara tropis yang memungkinkan bisa bertanam aneka tanaman sepanjang tahun bukan berarti semua jenis tanaman yang ditanam bisa hidup dengan baik sepanjang tahun pula. Perguliran waktu dari hari ke hari dalam satu tahun, lokasi tempat bertanam sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis tanaman yang dihasilkan. Sebagai misal, seorang urban gardener yang tinggal di Bandung akan bisa menanam aneka sayuran bernilai ekonomis tinggi seperti brokoli, paprika, timun kyuri, dan zucchini dengan mudah sepanjang tahun, karena ketinggian tempat serta iklim mikro di sekitar tanaman relatif stabil dari waktu ke waktu.

Gambar 1. Jenis sayuran yang dapat hidup didataran rendah

Sebaliknya ketika bertanam di wilayah dataran rendah seperti Yogyakarta, pilihan tanaman yang bisa tumbuh dengan baik lebih sedikit, hanya jenis-jenis sayuran dataran rendah (seperti yang dapat dilihat pada gambar 1), terlalu banyak hambatan berbudidaya, mulai dari cuaca yang panas, serangan hama penyakit serta ketersediaan air.

Sobat Smart Farmer, pemahaman hal dasar seperti diatas tentu menjadi sangat perlu, karena menurut saya bertani bukan lagi urusan menebar benih, menanam bibit dan memelihara tanaman, serta menghasilkan tanaman. Dalam bertani terkandung seni memahami setiap fenomena yang berkembang dari waktu ke waktu serta memahami karakter alam dan tanaman yang pada akhirnya memang perlu juga memahami pola konsumsi masyarakat yang berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lainnya.

Pada masa lalu masyarakat pertanian secara umum lebih mengedepankan ilmu titen dalam memahami karakter alam, menciptakan pranata mangsa jika di pulau Jawa, atau menggunakan Kerta Mase jika di pulau Bali untuk memudahkan menandai waktu menanam, memupuk, memanen umbi, memanen sayuran dan kapan bisa mengolah makanan tertentu. Namun patut disayangkan pengetahuan lokal tersebut kebanyakan diwariskan dalam bentuk pitutur turun temurun, bukan pengetahuan tertulis sekelas old farmer almanac di Amerika yang terdokumentasikan dengan baik selama ber abad-abad.

Sejalan perkembangan waktu dan tuntutan ekonomi, masyarakat mulai melupakan ilmu titen dan pemahaman akan pengetahuan dasar tata musim tradisional sehingga akhir-akhir ini banyak orang yang menanam sekedar menanam, urusan hasil serahkan pada nasib. Hal ini perlu disikapi dengan adanya pengamatan fenomena yang lebih modern dalam kurun waktu tertentu dengan tujuan akhir automatisasi untuk menandai waktu-waktu optimum dalam menanam dan berbudidaya pertanian secara luas. Dengan begitu, tercipta praktek bertanam yang bukan sekedar menanam, tetapi mempunyai dasar ilmiah mengenai berbagai pilihan jenis dan waktu tanam yang selaras dengan kondisi alam, bukan melulu sekedar urusan menanam.

Sribudi Astuti, alumni TEP angkatan 1997, Pegiat Urban Farming, Pengelola UPT Sub Terminal Agribisnis Tempel merqngkap Kasubbag Perencanaan & Evaluasi Dinas Pertanian pangan dan Perikanan Kab. Sleman.

Hidung Elektronik (E-Nose) untuk Klasifikasi Aroma Kopi Dibandingkan dengan Alat Laboratorium Standard dan Uji Sensoris

AkademisifeaturesUncategorized Tuesday, 15 September 2020

Teknologi hidung elektronik (e-nose) menjadi salah satu teknologi baru (emerging technology) yang banyak dikaji oleh peneliti. Keinginan untuk dapat membantu dan atau menggantikan indera penciuman biologis sebagai salah satu perangkat ukur mutu suatu produk telah mendorong banyak peneliti untuk mengembangkan teknologi tersebut.

Tidak hanya sifat pengukurannya yang lebih obyektif, e-nose memungkinkan dirancang untuk tujuan khusus yang lebih spesifik dibandingkan dengan indera penciuman biologis. Berita terbaru, perangkat e-nose telah dikembangkan untuk mengidentifikasi adanya infeksi virus Covid-19 hanya dengan menggunakan udara pernafasan.

Sebenarnya seperti apa teknologi tersebut dan kemampuannya untuk mengidentifikasi aroma produk pertanian? Beberapa waktu yang lalu, serangkaian kegiatan riset untuk mengkaji kemampuan e-nose dengan basis deret sensor gas sebagai perangkat pengklasifikasi aroma kopi telah dilakukan.

Kemampuan klasifikasi tersebut dibandingkan dengan klasifikasi sampel yang sama menggunakan peralatan laboratorium standard dan metode uji sensoris yang merupakan metode pengukuran mutu produk kopi yang banyak diterapkan di industry. Uraian terhadap hasil kajian tersebut dapat disajikan pada tautan: http://www.iaej.cn/EN/abstract/abstract1201.shtml (http://114.255.9.31/iaej/EN/Y2020/V29/I2/35).

 

Dr. Radi, STP., M.Eng.

Dosen dan peneliti di bidang Agricultural Control and Automation. Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Gadjah Mada.

Hidung Elektronik (E-Nose) Sebagai Perangkat Pemonitor Mutu Kopi Pada Proses Penyangraian

AkademisifeaturesUncategorized Tuesday, 15 September 2020

Dalam proses pengolahan kopi sekunder, sangrai merupakan proses yang berperan penting dalam pembentukan citarasa produk kopi. Untuk menjamin mutu yang baik, proses sangrai harus dimonitor dan dievaluasi secara terus-menerus hingga target derajat sangrai yang dikehendaki dapat dicapai.

Industri pengolahan kopi sekunder umumnya menggunakan metode konvensional, yaitu dengan mempercayakan kegiatan monitoring dan pengendalian proses sangrai pada operator yang telah dilatih. Beberapa metode monitoring mutu sangrai telah dikaji oleh beberapa peneliti, yang secara umum dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok peneliti yang focus pada penggunaan parameter fisik biji kopi selama sangrai dan sebagian lain menitikberatkan pada parameter mutu kimia dari proses sangrai tersebut.

Meskipun telah banyak dikaji, pada prakteknya penggunaan operator sebagai pemonitor dan pengendali proses sangrai masih menjadi pilihan utama. Mewarnai kajian tersebut, penelitian tentang penerapan e-nose untuk memonitor proses penyangraian kopi telah dilakukan. Dalam hal ini, e-nose dirancang dengan basis deret sensor gas yang dikombinasikan dengan sistem pengkondisi signal dan sistem perekam serta penganalisis data.

Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara respon deret sensor dengan derajat sangrai. Hasil penelitian secara lengkap disajikan pada tautan: https://doi.org/10.1142/S0218126616501164.

 

Dr. Radi, STP., M.Eng.

Dosen dan peneliti di bidang Agricultural Control and Automation. Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Gadjah Mada.

Model Wireless Sensor Network (WSN) Berbasis Modul Radio Frekuensi (RF Module) untuk Pengembangan Smart Irrigation System (SIS) pada Lahan Perkebunan

AkademisifeaturesKomunitasPemerintahUncategorized Tuesday, 15 September 2020

Irigasi menjadi bagian penting dalam kegiatan usaha tani. Seiring dengan semakin terbatasnya sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian tersebut, petani modern mulai menerapkan metode pemberian air pada tanaman budidaya secara presisi, yaitu sebuah cara pemberian air yang menggunakan dasar ukuran tertentu. Dengan kata lain, pemberian air tidak dilakukan semaunya, tetapi didasarkan atas kebutuhan tumbuh tanaman. Untuk tujuan tersebut, penerapan sistem pengaturan pada pemberian air irigasi banyak dikembangkan.

Dalam pertanian skala besar, seperti pada perkebunan, pengaturan air irigasi sangat diperlukan. Disamping untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja, pengaturan tersebut juga dapat mengoptimalkan luasan budidaya dari ketersediaan sumber air yang terbatas.

Meskipun berbagai teknologi Internet of Thing (IoT) telah memberikan peluang pengembangan sistem irigasi cerdas (smart irrigation system, SIS), beberapa perkebunan di Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala. Sebagai contoh misalnya perkebunan nanas di PT. Great Giant Food Lampung yang memiliki lahan budidaya luas, sebagian besar wilayah perkebunannya tidak terjangkau oleh jaringan internet. Kondisi tersebut menjadi penghambat pada penerapan teknologi IoT yang tersedia saat ini.

Salah satu upaya untuk tetap mengembangkan sistem irigasi tersebut adalah dengan menerapkan teknologi komunikasi data berbasis jaringan frekuensi radio (radio frequency, RF) untuk mengubungkan titik-titik (node) yang menjadi bagian dari SIS tersebut. Salah satu kajian penerapan teknologi RF sebagai penghubung antar node dalam sebuah SIS diberikan pada: https://doi.org/10.1109/CENIM.2018.8710986.

 

Dr. Radi, STP., M.Eng.

Dosen dan peneliti di bidang Agricultural Control and Automation. Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Gadjah Mada.

Pengembangan Konsep Pertanian Presisi di Indonesia

AkademisiKomunitasPemerintahUncategorized Sunday, 13 September 2020

Sejalan dengan berlangsungnya revolusi industri menuju era industri 4.0 telah membawa perubahan yang sangat signifikan, tidak hanya pada bergesernya jenis teknologi yang kita gunakan, tetapi lebih penting lagi adalah perubahan pola pikir (mindset) dalam memasuki era industri yang baru ini. Hal ini memberikan pengaruh terhadap arah pembangunan nasional yang tadinya bertumpu pada sektor pertanian menjadi industri yang kemudian berdampak pada wajah sistem pertanian Indonesia.

Sistem pertanian tidak lagi hanya dipersepsikan sebagai kegiatan bercocok tanam saja semata, tetapi pertanian merupakan bagian sistem industri yang ditandai dengan transformasi bahan baku (raw materials) menjadi produk pertanian (agricultural products) yang siap untuk dimanfaatkan dan memiliki nilai tambah, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. Paling tidak ada tiga tahapan dalam sistem industri pertanian yang dapat diidentifikasi, yaitu; (i) sub sistem penyediaan bahan baku, (ii) sub sistem pengolahan, dan (iii) sub sistem distribusi dan pemasaran.

Gambar 1. Skema sistem industri pertanian dan komponen sistem

Pada Gambar 1 terlihat bahwa pada setiap tahapan dalam proses industri membutuhkan sumberdaya dalam berbagai bentuk yang memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas produk akhir nantinya. Dalam konsep sistem industri pertanian atau industri yang memanfaatkan sumberdaya hayati (bioresources) dan non hayati, penggunaan sumberdaya (input sistem) yang berlebihan belum tentu memberikan hasil yang maksimal juga. Karena masing-masing komponen sistem tersebut (Gambar 1) memiliki karakteristik (perilaku) dan kondisi awal (initial state) yang berbeda-beda. Oleh karena itu, fenomena ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan pada saat kita mendesain sistem industri pertanian. Pemikiran (persepsi) baru dalam pengembangan sistem pertanian tersebut yang kemudian dikenal dengan pertanian modern.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, pengembangan pertanian modern ditandai salah satunya dengan perubahan pola pikir penggunaan sumberdaya hayati dan non hayati yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Ketepatan penggunaan sumberdaya dalam sistem produksi pertanian kemudian disebut dengan pertanian presisi (precision agriculture). Pengertian pertanian presisi haruslah dilihat dari berbagai persepektif (sudut pandang) untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif, antara lain; perspektif manajerial, tingkatan teknologi, aspek ekonomi, lingkungan sosial budaya masyarakat petani.

Pertanian presisi adalah konsep pertanian dengan pendekatan sistem untuk menuju pertanian dengan rendah pemasukan (low-input), efisiensi tinggi, dan pertanian berkelanjutan. Pengertian lain menyebutkan bahwa pertanian presisi adalah sistem pertanian yang mengoptimalkan penggunaan sumberdaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan juga mengurangi dampak terhadap lingkungan. Konsep yang diperhatikan diantaranya dengan pendekatan sistem (system approach) yang memperhatikan input, proses, output, dan outcome.

Tantangan bagi petani kita di Indonesia dalam era pertanian presisi harus memiliki kemampuan dalam pengelolaan lahan, pengelolaan tanaman, pengelolaan alat dan mesin pertanian, baik yang digunakan pada tahapan pra-panen maupun pascapanen, serta pengelolaan tenaga kerja. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi pada tingkat keberhasilan dalam implementasi pertanian presisi. Akselerasi pengembangan pertanian presisi di Indonesia juga tidak dapat lepas dari pemanfaatan teknologi modern saat ini. Teknologi yang diaplikasikan harus mampu dalam mendeteksi apa yang ada di lahan, memutuskan apa yang akan dilakukan, dan memberikan perlakuan yang sesuai dengan keputusan yang telah dibuat.

Saat ini berbagai jenis teknologi yang mendukung implementasi pertanian presisi sudah banyak dikembangkan, walaupun penggunaannya masih terbatas pada tataran riset dan uji coba. Namun demikian hal ini menunjukkan optimisme kita bersama bahwa transisi menuju pertanian presisi di Indonesi sudah melalui jalur yang benar. Berikut beberapa jenis teknologi dalam pertanian presisi yang bisa dicontohkan, antara lain; (i) Geographical Position System (GPS), (ii) Geographic Information System (GIS), (iii) Variable Rate Application (VRA), (iv) Remote Sensing System, (v) Yield Mapping, (vi) Database Management System (DBMS), Spatial Variability. Dalam pertanian presisi, jenis teknologi tersebut di atas memberikan dukungan dalam proses pengambilan keputusan untuk dapat menentukan perlakuan yang tepat dan memberikan manfaat dalam tahapan sistem produksi.

Berikut salah satu contoh hasil riset yang telah dilaksanakan oleh penulis, dkk. (2018 & 2019) terkait dengan pengembangan pertanian presisi berbasis model keberagaman sifat tanah yang didanani oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu; (i) mengidentifikasi tingkat kesuburan tanah berdasarkan kandungan unsur hara, (ii) mengembangkan instumen (tools) untuk pengambilan keputusan (DSS), dan (iii) memberikan perlakuan pada lahan dengan penambahan pupuk secara tepat. Gambar 2 dan 3 memperlihatkan hasil monitoring perubahan tingkat kesuburan tanah berdasarkan perubahan refleksi tanah (deteksi panjang gelombang tanah) dan peta sebaran tingkat ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Gambar 2. Tingkat kesuburan tanah yang ditandai dengan ketersediaan hara

Gambar 3. Pengelompokan lahan berdasarkan kebutuhan pemupukan (Urea & SP-36)

 

 

 

Penentuan kualitas pangan dan produk pertanian secara non-destruktif (Bagian 2: Teori dan interpretasi gelombang Infrared)

Uncategorized Friday, 11 September 2020

Bagian 2. Teori dan interpretasi gelombang Infrared

Pada saat gelombang elektromagnetik (g.e.m) mengenai suatu materi, baik itu bahan pangan atau pertanian, maka akan terjadi interaksi antara g.e.m dengan bahan tersebut. Bahan pangan dan pertanian tersusun dari molekul-molekul baik molekul unsur atau molekul senyawa, yang didalamnya terdapat ikatan atom-atom. Radiasi g.e.m akan memberikan berbagai efek pada molekul, seperti pada Gambar 1. Salah satu jenis g.e.m adalah gelombang infrared yang dapat dibagi menjadi 3 region, yaitu near infrared (NIR), mid infrared (MIR), dan far infrared (FIR). Gelombang yang sering dipakai untuk analisis pangan dan pertanian adalah NIR (panjang gelombang 600-2500 nm atau 10,000-4000 cm-1) dan MIR (2500-10,000 nm atau 4000-600 cm-1).

Gambar 1. Pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap molekul

Radiasi infrared merupakan energi yang dapat menginduksi getaran molekul yang kuat dalam ikatan kovalen (diasumsikan sebagai pegas yang menyatukan dua massa atau atom). Ikatan kovalen ‘spesifik’ akan merespon dengan menyerap frekuensi tertentu, sedangkan frekuensi yang tidak sesuai akan dipantulkan (direfleksikan) atau diteruskan (ditransmisikan) seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema penyerapan dan penerusan frekuensi cahaya. Dari semua frekuensi yang diterima, obyek akan menyerap frekuensi gelombang tertentu dan meneruskan frekuensi gelombang yang lain. Detektor mendeteksi frekuensi yang diteruskan (ditransmisikan) yang pada akhirnya dapat diketahui frekuensi yang diserap.

Jika ada gelombang NIR atau MIR dengan frekuensi yang ‘sesuai’ dengan frekuensi yang ‘diinginkan” maka ikatan atom tersebut akan bergetar (bervibrasi) lebih cepat. Ikatan kovalen dapat bergetar dalam beberapa jenis getaran, termasuk stretching, rocking, dan scissoring. Respon ini akan dideteksi dan diterjemahkan dalam bentuk visual yang disebut spektrum. Spektrum adalah plot frekuensi yang ditransmisikan atau diserap (digambarkan dalam sumbu x dalam satuan cm-1 atau bilangan gelombang = wavenumber) vs intensitas transmisi atau penyerapan (digambarkan pada sumbu y dalam satuan persentase). Sebagai contoh spektrum dapat dilihat pada Gambar 3. Setelah spektrum diperoleh maka informasi tersebunyi dalam spektrum tersebut harus dapat diekstrak yang dilakukan melalui pengenalan pola tertentu, menghubungkan pola spektrum tersebut dengan parameter fisik, dan menginterpretasi pola-pola tersebut supaya berarti.

Gambar 3. Spektrum dalam mode absorption (menunjukkan banyaknya radiasi yang diserap) dan transmission (menunjukkan banyaknya radiasi yang diteruskan) read more

Perancangan Cloud Based Monitoring System Pada Budidaya Tanaman Lingkungan Mikro Guna Mendukung Pertanian Presisi

AkademisiIndustriKomunitasUncategorized Monday, 3 August 2020

Pengendalian Iklim Mikro Berbasis Cloud Technology

Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap fisik pada suatu lingkungan. Masalah yang sering timbul dalam budidaya tanaman konvensional adalah sulitnya untuk memantau kondisi lingkungan karena terus-menerus berubah. Oleh karena itu, diperlukan sistem monitoring yang dapat bekerja secara kontinyu dan realtime untuk memecahkan masalah tersebut.

Penggunaan Cloud Technology dapat mempermudah dalam pengelolaan data monitoring kondisi lingkungan secara real time. Cloud Technology sendiri merupakan teknologi yang memanfaatkan layanan internet menggunakan cloud server yang bersifat virtual dengan tujuan pemeliharaan data. Dengan adanya Cloud Technology maka data yang ada dapat diakses sewaktu-waktu sehingga mempermudah pekerjaan. Penyimpanan data dengan cloud server-pun dapat mengurangi beban penggunaan penyimpanan data lokal seperti SD card, flashdisk dan sebagainya. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem monitoring lingkungan yang dapat memonitor kondisi lingkungan secara real-time berbasis Cloud Technology.

Perancangan Sistem

Perancangan sistem kerja dari alat monitoring kondisi lingkungan yang terintegrasi dengan cloud server merupakan salah satu skema yang dibangun untuk pengembangan pertanian presisi. Kerangka pemikiran perancangan sistem monitoring kondisi lingkungan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3. 1. Kerangka pemikiran perancangan sistem monitoring

Sistem monitoring kondisi lingkungan dirangcang untuk dapat membaca suhu, kelembaban, intesitas cahaya dan kada lengas tanah pada budidaya tanaman didalam ruangan. Data-data tersebut selanjutnya akan dikirim ke gateway untuk diteruskan ke cloud database untuk disimpan. Penggunaan cloud database sebagai penyimpanan akan mempermudah untuk memonitor kondisi lingkungan secara real time dan dapat dilakukan dimanapun dengan bantuan sinyal GSM atau internet. Pemberian treatment kondisi lingkungan akan diatur oleh beberapa kontrol seperti AC, growth light dan irigasi otomatis.

Gambar 3.2. Rangkaian mikrokontroler dalam toolbox

Adapun pembacaan kondisi lingkungan dilakukan dengan bantuan sensor yang dikontrol oleh mikrokontroler. Menggunakan Wemos D1 mini (1) sebagai kontrolernya, sistem monitoring ini dilengkapi dengan beberapa komponen seperti yang dapat dilihat pada gambar 3.2 yaitu sensor suhu dan kelembaban SHT22 (2), sensor lengas tanah WD3 (3), relay 1 channel (4) dan  sensor intensitas cahaya TSL2561 (5).

Hasil Monitoring Secara Real Time

Gambar 3.3. merupakan tampilan Chamber yang telah dipasangi rangkaian mikrokontroler/alat monitoring dan ditutup kain hitam guna mengurangi pengaruh lingkungan luar yang dapat mengganggu proses pengamatan. HAsil pembacaan alat kemudian dikirim ke cloud database untuk disimpan dan phpMyAdmin sebagai cloud database management. Data kondisi lingkungan yang disimpan ialah data suhu, kelembaban, intesitas cahaya, kadar lengas dan durasi irigasi. Pengiriman data dilakukan dengan interval 5 menit sekali atau saat terjadi kontrol irigasi.

Gambar 3.3. Tampilan Growth Chamber keaadaan tertutup

Cloud database management selanjutnya terhubung dengan website agrieye guna memudahkan pemantauan data hasil monitoring secara real time. Data yang ditampilkan merupakan data terbaru sedangkan data keseluruhan tetap tersimpan dalam cloud-database. Contoh tampilan data pada website ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Tampilan website untuk mengakses data secara real-time

Website agrieye juga dapat menampilkan data-data hasil monitoring menjadi tampilan grafik seperti Gambar 3.5. Grafik tersebut berfungsi untuk mempermudah pengamatan perubahan kondisi lingkungan yang diamati secara real time.  Selanjutnya, keseluruhan datahasil monitoring yang telah tersimpan dalam Cloud database management dapat diunduh dan diproses lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 3.5. Tampilan grafik data terbaru di agrieye

[simple-author-box]

12

Komentar Terbaru

  • Emilia on Perancangan Sistem Informasi Kebutuhan Dosis Pupuk Berbasis Web Di Kebun Buah Nawungan Selopamioro Kabupaten Bantul
  • ahmad on Review – Analisis Big Data dalam Bidang Pertanian
  • Keira on Kuliah Tamu: Smart Agriculture – IoT Application in Agriculture oleh Prof. Takashi Okayasu- Kyushu University
  • mulkan syarif on Perancangan Peralatan Monitoring Kondisi Lingkungan Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel Dengan Tenaga Surya
  • M. Yusuf on Poster Penelitian – Smart Agricultural Framework and Its Implementation to Open Field Tropical Horticulture Production

Kategori

  • Akademisi
  • features
  • Industri
  • Komunitas
  • Pemerintah
  • Uncategorized

Archives

  • March 2023
  • February 2023
  • October 2022
  • September 2022
  • August 2022
  • March 2022
  • March 2021
  • January 2021
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • October 2019
  • July 2019
  • November 2018
  • October 2018
  • December 2017
  • September 2017
  • June 2017
  • August 2016

Navigasi

  • Log in
  • Entries RSS
  • Comments RSS
  • web instansi
Universitas Gadjah Mada

Menara Ilmu Smart Farming

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN & BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Jln. Flora 1. Bulaksumur 55281 Yogyakarta Indonesia
  smart-farming.tp@ugm.ac.id
  +62-274-563-542
  +62-274-563-542

Tentang Kami

  • Visi
  • Tujuan
  • Manfaat
  • Pengelola
  • Kontak Kami

Target Komunitas

  • Akademisi
  • Industri
  • Komunitas
  • Pemerintah

© Universitas Gadjah Mada 2017

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju