Makassar, 25 April 2025 – Direktorat Bina Teknik SDA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Pusat Kajian Modernisasi Irigasi dan Pertanian (PKMIP) Fakultas Teknologi Pertanian UGM dan PT. Cendekia Prima Inovasi menyelenggarakan pelatihan SIPASI (Sistem Pengelolaan Irigasi Pertanian) di Daerah Irigasi Pamukkulu dan Tabo-tabo, Sulawesi Selatan, pada tanggal 21-25 April 2025. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan juru dan pengamat irigasi dalam mengelola air irigasi secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi modern.
Komunitas
Yogyakarta, 8 Januari 2025 – Dr. Andri Prima Nugroho, Koordinator Riset Smart Agriculture Research Center dan Anggota Task Force Biro Transformasi Digital UGM, berpartisipasi sebagai narasumber dalam Seminar Nasional “AI untuk Indonesia” yang diselenggarakan oleh UGM. Dalam seminar yang menampilkan berbagai inovasi AI ini, Dr. Andri mempresentasikan peran penting kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan ketahanan pangan, khususnya di sektor pertanian.
Dalam presentasinya, yang berfokus pada penerapan AI untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan, Dr. Andri memberikan pemahaman komprehensif tentang ketahanan pangan sebagai kondisi di mana semua orang memiliki akses fisik dan ekonomi terhadap makanan yang aman dan bergizi. Ia menekankan pentingnya ketahanan pangan untuk kesehatan, stabilitas ekonomi, dan sosial, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti pertumbuhan populasi, perubahan iklim, kemiskinan, efisiensi distribusi, dan kebijakan pemerintah.
Pada tanggal 1 Agustus 2024, Dr. Andri Prima Nugroho, dosen dan peneliti dari Smart Agriculture Research Center di Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), tampil sebagai narasumber utama di acara Academia Talks selama acara INAGRITECH 2024. Forum ini, yang diadakan di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, berfokus pada tema “Transforming Smart Agriculture: Adoption, Impact, and Implications for Sustainable Development.”
Pameran INAGRITECH, yang berlangsung dari 30 Juli hingga 1 Agustus 2024, dikenal sebagai pameran dagang terbesar untuk mesin dan teknologi pertanian di Indonesia. Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2011, INAGRITECH telah berperan penting dalam mengembangkan dan berinvestasi dalam sektor bisnis pertanian. Memasuki edisi ke-10, acara ini telah menetapkan dirinya sebagai pameran terbesar di Jakarta untuk mesin, teknologi, dan peralatan pertanian, menjadikannya salah satu pameran terpenting di Indonesia.
Jakarta, Indonesia – Smart Agriculture Research Center Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) berpartisipasi kembali dalam acara internasional bertajuk INAGRITECH 2024. Pameran bergengsi ini berlangsung di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, dari 30 Juli hingga 1 Agustus 2024. INAGRITECH dikenal sebagai pameran dagang terbesar untuk mesin dan teknologi pertanian di Indonesia. Sebagai informasi, sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2011, INAGRITECH telah aktif mengembangkan dan berinvestasi dalam industri bisnis pertanian. Memasuki edisi ke-10, acara ini telah menetapkan dirinya sebagai pameran terbesar di Jakarta untuk mesin, teknologi, dan peralatan pertanian, menjadikannya salah satu pameran terpenting di Indonesia.
Kesuburan tanah menjadi hal penting yang menunjang keberhasilan proses produksi pertanian. Salah satu inovasi yang akan dibahas pada workshop kali ini adalah adopsi teknologi alat ukur kesuburan tanah. Peralatan yagn dikenalkan untuk mengukur kesuburan tanah yang dikenalkan oleh Balai Penelitian Tanah yaitu PUTS (Perangkat Ukur Tanah Sawah). Seperti yang disampaikan oleh Kepala Balai Penelitian Tanah, Dr. Ladyani Retno Widyati, dalam paparannya.

Dr. Andri Prima Nugroho saat penyampaian di Workshop
Peneliti Smart Agriculture, Dr. Andri Prima Nugroho, menyampaikan paparan mengenai Potensi Smart Farming dalam Pengembangan Usaha Pertanian, dengan memberikan contoh dan case studi teknologi pertanian yang diadopsi pada masyarakat kecil dan menengah. Beberapa studi kasus dan peralatan tepat guna berbasis IT dikenalkan pada pengelolaan pertanian konvensional ke arah semi-modern. Salah satu teknologi yang dikenalkan adalah Sistem Pengelolaan Irigasi (SIPASI), Pengelolaan Pertanian Terpadu berbasis manajemen pengetahuan di SmartAgri.id.
Narasumber lain yang juga dihadirkan dalam workshop kali ini adalah Dr. Eko Zulkifli PT NASA (Natural Nusantara), dengan membawakan materi Arti Penting Manajemen Kesehatan dan Kesuburan Tanah bagi Peningkatan Produksi Pertanian, selanjutnya adalah Dr. Ir. Roso Witjaksono, M.S. dengan paparan Kesiapan Petani terhadap Adopsi Inovasi Pertanian, serta dari Pemerintah ada Opik Mahendra, S.P., M.Sc.
Sesi diskusi dan tanya jawab yang dihadiri oleh peserta dari Akademisi, Pemerintah, dan juga Pengusaha berlangsung secara interaktif mengenai strategi penggunaan/pemanfaatan peralatan untuk meningkatkan produktivitas pertanian untuk masa depan. Semoga dengan sharing dan juga diskusi pada workshop ini dapat memberikan kontribusi perkembangan pertanian Indonesia.
Informasi rekaman acara workshop dapat dilihat pada link berikut.
Kontributor: AN.
Kegiatan yang bertajuk “Sinergitas Sistem Pertanian Cerdas di Era Industri 4.0 dan 5.0” dihadiri oleh kurang lebih 100 peserta ini membahas mengenai informasi seputar teknologi di era revolusi industri 4.0 dan 5.0. khususnya dalam bidang pertanian dengan memanfaatkan teknologi berbasis informasi. Pada diskusi ini terdapat interaksi yang aktif antara partisipan dengan pemateri.
Acara dibuka secar resmi oleh Ketua Jurusan Produksi Pertanian Politeknik Negeri Jember, Dwi Rahmawati, SP., MP. dan memberikan arahan mengenai pentingnya memahami dan menguasai teknologi di era revolusi industri 4.0. Sesuai dengan tema pada diskusi kali ini yaitu pengenalan revolusi industri 4.0 dan society 5.0.

Andri Prima Nugroho membawakan materi mengenai Aplikasi Pertanian Presisi – Smart Farming untuk Efisiensi Produksi Pertanian di Era Industri 4.0 dan Society 5.0. Disela-sela presentasinya, Andri juga mengajak berdiskusi interaktif dengan peserta untuk mengajak berfikir dan juga diskusi terkait case study penerapan pertanian presisi pada level aplikas di Masyarakat.
Pemateri kedua adalah Agus Ali Nurdin, SE., aktivis petani milenial yang memiliki pengamalan dalam pemberdayaan petani serta sertifikasi petani milenial melalui P4S Okigaru – Ikamaja. Agus Ali atau akrab disapa Kang Guslee ini membagikan pengalaman beliau dalam memajukan bidang pertanian dari konvensional menuju pertanian yang modern dengan pendekatan cerdas dan humanis.

Diskusi dan tanya jawab mengenai isu-isu seputar teknologi, penerapan, dan juga permasalahan dalam aplikasi pertanian berlangsung dengan seru, antusiasme peserta yang menayakan secara langsung dan juga melalui media chat dapat mengalir sehingga tak terasa waktu satu jam diskusi terlewati dengan singkat.

Andri Prima Nugroho juga mengenalkan beberapa riset yang dilaksanakan di Smart Agriculture Research, sebagai center of excellence penerapan pertanian presisi pada pertanian tropis. Beberapa paket teknologi mulai dari yang sederhana sampai dengan advance coba dikenalkan berikut dengan penjelasan strategi implementasinya. Melalui kegiatan ini diharapkan kedepannya dapat menumbuhkan minat dan keinginan generasi muda untuk terjun dalam bidang pertanian dengan menerapkan teknologi agar dapat menghasilkan kualitas dan kuantitas produk pertanian yang tinggi melalui peningkatan efisiensi proses dan penggunaan sumber daya.
Acara Webinar mengenai Smart Farming ini diselenggarakan secara online dan di siarkan secara langsung melalui platform YouTube Agricia. Materi yang disampaikan oleh Dr. Andri diantaranya: Pemaparan apa itu Pertanian Pintar (Smart Farming)?, bagaimana prospek perkembangan Smart Farming saat ini dan masa depan, dan juga contoh penerapan Teknologi Smart Farming Sederhana pada petani skala kecil dan menengah.

Rekaman kegiatan dan diksusi dapat dilihat pada rekaman di channel youtube sebagai berikut:
Setelah pemaparan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab dengan peserta melalui online meeting dan juga youtube streaming yang dihadiri lebih dari 500 peserta. Melalui media ini, beberapa bentuk penelitian Smart Agriculture sederhana dan penerapannya dikenalkan dan disampaikan kepada audien supaya memberikan gambaran bagaimana teknologi smart farming dapat diadopsi dan diterapkan pada pertanian di Indonesia.
Sistem yang dirancang terdiri dari alat pemindai tanaman berbasis web-camera yang akan melakukan pengambilan data foto pada objek tanaman. Data foto tanaman yang telah didapatkan kemudian akan diolah menjadi objek tiga-dimensi pada software. Terakhir dilakukan proses pengukuran volumetrik terhadap objek tiga-dimensi tanaman tersebut. Tingkat keakuratan pada metode ini dilakukan dengan cara memvalidasi hasil dari pengukuran volume objek tiga-dimensi dengan pengukuran volume secara konvensional.
Alat pemindai dan rekonstruksi 3D yang dibuat terdiri dari 2 komponen utama dan 1 komponen pendukung. Komponen utama terdiri sistem akuisisi citra dua dimensi foto dan sistem rekonstruksi tiga dimensi. Untuk komponen pendukung alat ini terdiri dari rangka penyangga dari besi siku lubang, lampu LED sebagai lighting tambahan, serta kain untuk alas objek tanaman.
Hidup di negara tropis yang memungkinkan bisa bertanam aneka tanaman sepanjang tahun bukan berarti semua jenis tanaman yang ditanam bisa hidup dengan baik sepanjang tahun pula. Perguliran waktu dari hari ke hari dalam satu tahun, lokasi tempat bertanam sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis tanaman yang dihasilkan. Sebagai misal, seorang urban gardener yang tinggal di Bandung akan bisa menanam aneka sayuran bernilai ekonomis tinggi seperti brokoli, paprika, timun kyuri, dan zucchini dengan mudah sepanjang tahun, karena ketinggian tempat serta iklim mikro di sekitar tanaman relatif stabil dari waktu ke waktu.
Gambar 1. Jenis sayuran yang dapat hidup didataran rendah
Sebaliknya ketika bertanam di wilayah dataran rendah seperti Yogyakarta, pilihan tanaman yang bisa tumbuh dengan baik lebih sedikit, hanya jenis-jenis sayuran dataran rendah (seperti yang dapat dilihat pada gambar 1), terlalu banyak hambatan berbudidaya, mulai dari cuaca yang panas, serangan hama penyakit serta ketersediaan air.
Sobat Smart Farmer, pemahaman hal dasar seperti diatas tentu menjadi sangat perlu, karena menurut saya bertani bukan lagi urusan menebar benih, menanam bibit dan memelihara tanaman, serta menghasilkan tanaman. Dalam bertani terkandung seni memahami setiap fenomena yang berkembang dari waktu ke waktu serta memahami karakter alam dan tanaman yang pada akhirnya memang perlu juga memahami pola konsumsi masyarakat yang berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lainnya.
Pada masa lalu masyarakat pertanian secara umum lebih mengedepankan ilmu titen dalam memahami karakter alam, menciptakan pranata mangsa jika di pulau Jawa, atau menggunakan Kerta Mase jika di pulau Bali untuk memudahkan menandai waktu menanam, memupuk, memanen umbi, memanen sayuran dan kapan bisa mengolah makanan tertentu. Namun patut disayangkan pengetahuan lokal tersebut kebanyakan diwariskan dalam bentuk pitutur turun temurun, bukan pengetahuan tertulis sekelas old farmer almanac di Amerika yang terdokumentasikan dengan baik selama ber abad-abad.
Sejalan perkembangan waktu dan tuntutan ekonomi, masyarakat mulai melupakan ilmu titen dan pemahaman akan pengetahuan dasar tata musim tradisional sehingga akhir-akhir ini banyak orang yang menanam sekedar menanam, urusan hasil serahkan pada nasib. Hal ini perlu disikapi dengan adanya pengamatan fenomena yang lebih modern dalam kurun waktu tertentu dengan tujuan akhir automatisasi untuk menandai waktu-waktu optimum dalam menanam dan berbudidaya pertanian secara luas. Dengan begitu, tercipta praktek bertanam yang bukan sekedar menanam, tetapi mempunyai dasar ilmiah mengenai berbagai pilihan jenis dan waktu tanam yang selaras dengan kondisi alam, bukan melulu sekedar urusan menanam.
Sribudi Astuti, alumni TEP angkatan 1997, Pegiat Urban Farming, Pengelola UPT Sub Terminal Agribisnis Tempel merqngkap Kasubbag Perencanaan & Evaluasi Dinas Pertanian pangan dan Perikanan Kab. Sleman.
Dalam pertanian skala besar, seperti pada perkebunan, pengaturan air irigasi sangat diperlukan. Disamping untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja, pengaturan tersebut juga dapat mengoptimalkan luasan budidaya dari ketersediaan sumber air yang terbatas.
Meskipun berbagai teknologi Internet of Thing (IoT) telah memberikan peluang pengembangan sistem irigasi cerdas (smart irrigation system, SIS), beberapa perkebunan di Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala. Sebagai contoh misalnya perkebunan nanas di PT. Great Giant Food Lampung yang memiliki lahan budidaya luas, sebagian besar wilayah perkebunannya tidak terjangkau oleh jaringan internet. Kondisi tersebut menjadi penghambat pada penerapan teknologi IoT yang tersedia saat ini.
Salah satu upaya untuk tetap mengembangkan sistem irigasi tersebut adalah dengan menerapkan teknologi komunikasi data berbasis jaringan frekuensi radio (radio frequency, RF) untuk mengubungkan titik-titik (node) yang menjadi bagian dari SIS tersebut. Salah satu kajian penerapan teknologi RF sebagai penghubung antar node dalam sebuah SIS diberikan pada: https://doi.org/10.1109/CENIM.2018.8710986.
Dr. Radi, STP., M.Eng.
Dosen dan peneliti di bidang Agricultural Control and Automation. Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem – Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Gadjah Mada.
Komentar Terbaru