Pertanian presisi (Precision Agriculture/PA) adalah pendekatan sistem pertanian terpadu berbasis pada informasi dan teknologi pada pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola informasi di spesifik-lokasi untuk mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Perilaku tersebut dilakukan pada semua kegiatan pertanian mulai dari on-farm sampai off-farm. PA dikembangkan dengan menfaatkan teknologi informasi yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran dan pengamatan secara spesifik dan presisi sehingga mampu menerapkan kegiatan pertanian berdasarkan basis data, ilmu dan pengetahuan tidak lagi menggunakan kebiasaan, pengalaman dan asumsi semata.
Akademisi
Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman. Tanah sebagai media tanam tumbuhan memiliki berbagai unsur hara yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Namun jumlah unsur hara yang dalam tanah tersebut jumlahnya terbatas sehingga akan segera habis karena dimanfaatkan oleh tanaman. Oleh karena itu perlu adanya penambahan zat luar yang mengandung unsur –unsur hara tersebut agar tanaman dapat terus tumbuh dan berkembang, proses penambahan zat luar tersebut disebut pemupukan.
Saat ini produk pertanian dan pangan dituntut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, hal tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya jumlah lahan pertanian bahkan sebaliknya, saat ini lahan pertanian justru mengalami penurunan. Disisi lain, pengaruh negatif pertanian pada lingkungan pun harus semakin diperhatikan agar lahan pertanian dapat dimanfaatkan terus menerus dalam kurun waktu yang lama, karena kebutuhan pertanian yang semikin tinggi sehingga diperlukan produksi produk pertanian yang tinggi dengan kualitas yang baik serta proses pertanian yang tidak merusak lingkungan. Oleh sebab itu perlu adanya penerapan pertanian presisi sebagai solusi dari permasalahan tersebut.
Pada abad ke-16 muncul sebuah teori dimana matahari menjadi pusat dari tata surya dan bumi beserta planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Heliosentris, teori yang dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus seorang astronomi pada abad ke-16 yang hingga kini diakui oleh para ilmuwan dan digunakan menguak fenomena-fenomena lain berdasar pada teori heliosentris. Proses berputarnya bumi mengelilingi matahari ini menyebabkan bumi pun berputar pada porosnya atau yang biasa disebut dengan rotasi bumi. Rotasi bumi menyebabkan terjadinya siang dan malam. Pembagian waktu siang dan malam menyebabkan segala bentuk aktivitas di muka bumi didasarkan pada perubahan waktu yang terjadi.
Sistem produksi pertanian pada lahan terbuka sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak terkontrol. Kondisi lingkungan, baik iklim makro maupun mikro, di kawasan tropis pada umumnya memiliki siklus musiman dan tahunan yang sudah dipahami dengan baik oleh petani. Pemahaman tentang bagaimana bercocok tanam pada kondisi lingkungan tertentu agar mendapatkan hasil yang baik tersebut sudah menjadi kearifan yang diturunkan oleh pendahulu melalui bahasa tutur. Kita pernah mendengar ada istilah titi mongso dan pranoto mongso dalam budaya jawa, ini berarti nenek moyang sudah memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai dengan pola tanam serta kapan waktu bercocok tanam yang sesuai sejak dahulu kala.
Guest Lecture by Associate Professor Takashi Okayasu Ph.D from Kyushu University, talked about Smart Agriculture : IoT Application in Agriculture. The lecture was given to the undergraduate students of the Department Agricultural and Biosystems Engineering, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Guest Lecture by Associate Professor Takashi Okayasu Ph.D from Kyushu University, talked about Smart Agriculture : IoT Application in Agriculture. The lecture was given to the undergraduate students of the Department Agricultural and Biosystems Engineering, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Guest Lecture by Associate Professor Takashi Okayasu Ph.D from Kyushu University, talked about Smart Agriculture : IoT Application in Agriculture. The lecture was given to the undergraduate students of the Department Agricultural and Biosystems Engineering, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Guest Lecture by Associate Professor Takashi Okayasu Ph.D from Kyushu University, talked about Smart Agriculture : IoT Application in Agriculture. The lecture was given to the undergraduate students of the Department Agricultural and Biosystems Engineering, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Sobat smart-farmer, kali ini kita akan mempelajari mengenai electronic nose, artikel ini berjudul “Electronic nose based on partition column integrated with gas sensor for fruit identification and classification”, ditulis oleh Dr. Radi. Abstraknya adalah sebagai berikut:
An alternative model of electronic nose systems by applying a combination of partition column with gas sensor was investigated for fruit classification and identification. The principle of physical and chemical separation in chromatography analysis known as an interaction between stationary phase material and compounds is able to profile the flavor sample; thus it is potentially implemented to substitute function of the sensor array on the conventional electronic nose. The electronic nose consists of a sample handling with combination of solenoid valves, a packed partition column coupled with a gas sensor as detector operated under a controlled temperature and data analysis software by using a neural network. The system was tested to classify three different flavors of fruit, i.e. durian, jackfruit, and mango. The result showed that it can generate reliable and repeatable chromatograms, from which, a unique pattern among samples can be extracted. Therefore, the patterns are able to be clearly classified with the neural network. The experiment showed that it can recognize the three different flavors with the level of accuracy of 82%.
Komentar Terbaru