Saat ini produk pertanian dan pangan dituntut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, hal tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya jumlah lahan pertanian bahkan sebaliknya, saat ini lahan pertanian justru mengalami penurunan. Disisi lain, pengaruh negatif pertanian pada lingkungan pun harus semakin diperhatikan agar lahan pertanian dapat dimanfaatkan terus menerus dalam kurun waktu yang lama, karena kebutuhan pertanian yang semikin tinggi sehingga diperlukan produksi produk pertanian yang tinggi dengan kualitas yang baik serta proses pertanian yang tidak merusak lingkungan. Oleh sebab itu perlu adanya penerapan pertanian presisi sebagai solusi dari permasalahan tersebut.
Target
Pada abad ke-16 muncul sebuah teori dimana matahari menjadi pusat dari tata surya dan bumi beserta planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari. Heliosentris, teori yang dikemukakan oleh Nicolaus Copernicus seorang astronomi pada abad ke-16 yang hingga kini diakui oleh para ilmuwan dan digunakan menguak fenomena-fenomena lain berdasar pada teori heliosentris. Proses berputarnya bumi mengelilingi matahari ini menyebabkan bumi pun berputar pada porosnya atau yang biasa disebut dengan rotasi bumi. Rotasi bumi menyebabkan terjadinya siang dan malam. Pembagian waktu siang dan malam menyebabkan segala bentuk aktivitas di muka bumi didasarkan pada perubahan waktu yang terjadi.
Sistem produksi pertanian pada lahan terbuka sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak terkontrol. Kondisi lingkungan, baik iklim makro maupun mikro, di kawasan tropis pada umumnya memiliki siklus musiman dan tahunan yang sudah dipahami dengan baik oleh petani. Pemahaman tentang bagaimana bercocok tanam pada kondisi lingkungan tertentu agar mendapatkan hasil yang baik tersebut sudah menjadi kearifan yang diturunkan oleh pendahulu melalui bahasa tutur. Kita pernah mendengar ada istilah titi mongso dan pranoto mongso dalam budaya jawa, ini berarti nenek moyang sudah memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai dengan pola tanam serta kapan waktu bercocok tanam yang sesuai sejak dahulu kala.
Guest Lecture by Associate Professor Takashi Okayasu Ph.D from Kyushu University, talked about Smart Agriculture : IoT Application in Agriculture. The lecture was given to the undergraduate students of the Department Agricultural and Biosystems Engineering, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Guest Lecture by Associate Professor Takashi Okayasu Ph.D from Kyushu University, talked about Smart Agriculture : IoT Application in Agriculture. The lecture was given to the undergraduate students of the Department Agricultural and Biosystems Engineering, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Guest Lecture by Associate Professor Takashi Okayasu Ph.D from Kyushu University, talked about Smart Agriculture : IoT Application in Agriculture. The lecture was given to the undergraduate students of the Department Agricultural and Biosystems Engineering, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Guest Lecture by Associate Professor Takashi Okayasu Ph.D from Kyushu University, talked about Smart Agriculture : IoT Application in Agriculture. The lecture was given to the undergraduate students of the Department Agricultural and Biosystems Engineering, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Sobat smart-farmer, kali ini kita akan mempelajari mengenai electronic nose, artikel ini berjudul “Electronic nose based on partition column integrated with gas sensor for fruit identification and classification”, ditulis oleh Dr. Radi. Abstraknya adalah sebagai berikut:
An alternative model of electronic nose systems by applying a combination of partition column with gas sensor was investigated for fruit classification and identification. The principle of physical and chemical separation in chromatography analysis known as an interaction between stationary phase material and compounds is able to profile the flavor sample; thus it is potentially implemented to substitute function of the sensor array on the conventional electronic nose. The electronic nose consists of a sample handling with combination of solenoid valves, a packed partition column coupled with a gas sensor as detector operated under a controlled temperature and data analysis software by using a neural network. The system was tested to classify three different flavors of fruit, i.e. durian, jackfruit, and mango. The result showed that it can generate reliable and repeatable chromatograms, from which, a unique pattern among samples can be extracted. Therefore, the patterns are able to be clearly classified with the neural network. The experiment showed that it can recognize the three different flavors with the level of accuracy of 82%.
Sobat smart-farmer, kali ini kita akan membahas artikel mengenai “Development of a remote environmental monitoring and control framework for tropical horticulture and verification of its validity under unstable network connection in rural area”, artikel ini dipublikasikan di Jurnal Computers and Electronics in Agriculture Tahun 2016. Artikel ini ditulis oleh Andri Prima Nugroho, Takashi Okayasu,Takehiko Hoshi, Eiji Inoue,Yasumaru Hirai, Muneshi Mitsuoka, Lilik Sutiarso. Abstraknya adalah sebagai berikut:
Budidaya tanaman sawi (Brassica rapa var. parachinensis L.) di lahan terbuka memiliki banyak kendala seperti serangan hama, angin, banjir, suhu lingkungan, kelengasan tanah hingga penyinaran yang tidak sesuai dengan syarat pertumbuhan tanaman. Dampaknya adalah terganggunya pertumbuhan tanaman sehingga mempengaruhi produktivitas. Budidaya tanaman di rumah tanaman (greenhouse) merupakan alternatif yang baik untuk mengontrol kendala tersebut. Sistem kontrol pengendalian iklim mikro untuk greenhouse telah dirancang dengan menggunakan mikrokontroler AVR ATMega8535. Sistem kontrol dikembangkan dengan menggunakan lima sensor yaitu sensor suhu dan kelembaban lingkungan, sensor suhu tanah, sensor kelengasan tanah, dan sensor intensitas sinar matahari. Rancangan memiliki tiga aktuator yaitu aktuator kipas, aktuator pompa air, dan aktuator lampu fotosintesis. Rancangan diletakkan di dalam greenhouse yang terhubung dengan komputer untuk mengirim data iklim mikro selama 32 hari pengamatan. Melalui penelitian ini telah dihasilkan aktuator kipas yang memiliki nilai akurasi 95,46% dengan nilai kecepatan pengendalian untuk mengendalikan suhu 58,70 menit. Aktuator pompa air menunjukkan nilai akurasi 98,01%, dengan kecepatan mengendalikan kelengasan tanah 31,83 menit. Aktuator lampu fotosintesis menunjukan nilai kecepatan respon terhadap nilai setting point untuk menyalakan lampu fotosintesis < 1 detik (± 10 mS). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tanaman yang berada di dalam greenhouse memiliki tinggi, dimensi daun, berat basah, dan jumlah daun yang lebih baik dibandingkan dengan di luar greenhouse. Artikel selengkapnya sebagai berikut:
Komentar Terbaru